FILSAFAT ILMU
DISAMPAIKAN OLEH:
Drs. Dirham Latief, MM.
1. Pengertian Filsafat
a. Arti Filsafat Secara Etimologi
Kata filsafat dalam
bahasa Arab falsafah yang dalam
bahasa Ingris philosophy yang berasal
dari bahasa Yunani philosophia. Kata philosophia terdiri atas kata philein artinya cinta (love) dan sophia artinya kebijaksanaan (wisdom),
sehingga secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang
sedalam-dalamnya. Jadi seorang filsuf adalah pencinta atau pencari
kebijaksanaan.
b. Arti Filsafat secara terminologi
Secara terminologi pengertian filsafat yang
dirangkum dari pendapat beberapa ahli filsafat yaitu filsafat adalah ilmu ilmu
pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan
mempergunakan akal sampai pada hakikatnya. Filsafat tidak mempersoalkan tentang
gejala-gejala atau fenomena, tetapi mencari
hakikat dari suatu gejala atau fenomena.
2. Hakikat
Hakikat adalah suatu prinsip yang menyatakan
sesuatu adalah sesuatu itu. Filsafat adalah usaha untuk mengetahui segala
sesuatu. Ada (being) merupakan implikasi dasar. Jadi segala ssuatu yang
mempunyai kualitas tertentu pasti itu adalah being .
3. Tujuan Filsafat
Filsafat mempunyai
tujuan untuk membicarakan keberadaan yang membahas lapisan terakhir dari segala
sesuatu atau membahas masalah-masalah yang paling dasar. Tujuan filsafat adalah
mencari hakikat dari suatu objek/gejala secara mendalam. Adapun pada
pengetahuan empiris hanya membicarakan gejala-gejala Membicarakan gejala masuk
ke hakikat itulah dalam filsafat. Untuk sampai kepada hakikat haruslah melalui
metode yang khas dari filsafat.
4. Sifat/karakteristrik Filsafat
Filsafat harus memiliki sifat/karakteristik
sebagai berikut:
a. Refleksi, artinya manusia menangkap objeknya
secara intensional dan sebagai hasil dari proses intensional tersebut yaitu
keseluruhan nilai dan makna yang diungkapkan oleh manusia dari objek-objek yang
dihadapinya.
b. Radikal, radikal bersal dari kata radix (akar), jadi filsafat itu radikal
artinya filsafat harus mencari pengetahuan sedalam-dalamnya (sampai ke
akar-akarnya). Radikalisme pengertiannya adalah sejauh akal manusia mampu
menemukannya, sebab filsafat tidak membicarakan yang jelas berada di luar jangkauan
akal budi yang sehat. Filsafat tidak membatasi objeknya sebagaimana ilmu-ilmu
pengetahuan. Filsafat dikatakan radikal karena berusaha mencari hakikat dari
objek yang dibahas. Filsafat tidak berhenti pada pengetahuan periferis (kulit
atau penampakannya) tetapi filsafat ingin menembus sampai pada inti masalah
dengan mencari faktor-faktor yang fundamental yang membentuk adanya sesuatu.
c. Intergral, filsafat bersifat integral artinya
filsafat tersebut mempunyai kecenderungan untuk memperoleh pengetahuan yang
utuh sebagai suatu keseluruhan, filsafat ingin memandang objeknya secara
terintegral.
2.
Objek Filsafat
Objek adalah sesuatu
yang menjadi bahan dari suatu penyelidikan atau pembentukan pengetahuan. Setiap
ilmu pengetahuan pasti memiliki objek. Objek dapat dibedakan menjadi dua, sama
halnya dengan filsafat terdapat dua macam objeknya, yaitu objek material dan
objek formal.
a. Objek Material Filsafat
Objek material dari filsafat, yaitu:
1)
Bersifat
sangat umum, artinya persoalan kefilsafatan tidak terkait dengan objek-objek
khusus. Sebagian besar masalah kefilsafatan dengan ide-ide yang besar, misalnya
filsafat tidak menanyakan berapa harta yang anda sedekahkan dalam satu bulan,
akan tetapi filsafat menanyakan apa keadilan itu.
2)
Tidak
menyangkut fakta, persoalan filsafat lebih bersifat spekulatif.
Persoalan-persoalan yang dihadapi dapat melampaui pengetahuan ilmiah.
3)
Filsafat
menyangkut nilai-nilai (values),
artinya persoalan-persoalan kefilsafatan berkaitan dengan penilaian baik nilai
moral, estetis, agama, dan sosial. Nilai dalam pengertian ini adalah suatu
kualitas abstrak yang yang terdapat pada sesuatu hal.
4) Filsafat bersifat kritis, artinya filsafat merupakan analisis secara
kritis terhadap konsep-konsep dan arti-arti yang biasanya diterima dengan begitu
saja oleh suatu ilmu tanpa penyelidikan secara kritis.
5)
Filsafat bersifat sinoptik, artinya
persoalan filsafat mencakup struktur kenyataan secara keseluruhan. Filsafat
merupakan ilmu yang membuat susunan kenyataan sebagai suatu keseluruhan.
6)
Filsafat bersifat
implikatif, artinya jika sesuatu persoalan kefilsafatan telah dijawab, maka
dari jawaban tersebut akan memunculkan persoalan baru yang saling berhubungan.
Jawaban yang dikemukakan mengandung akibat-akibat lebih jauh yang menyentuh
kepentingan-kepentingan manusia.
b. Objek Formal Filsafat
Objek formal filsafat yaitu sudut pandang
yang menyeluruh, secara umum sehingga dapat menemukan hakikat dari objek
materialnya. Inilah yang membedakan antara filsafat dengan ilmu-ilmu lainnya
terletak dalam objek material dan objek formalnya. Kalau dalam ilmu-ilmu lain
objek materialnya membatasi diri sehingga pada filsafat tidak membatasi diri.
Adapun pada objek formalnya membahas objek materialnya itu sampai ke hakikat.
CIRI-CIRI
FILSAFAT
Ciri-ciri filsafat
yaitu menyeluruh, mendasar, dan spekulatif. Ciri berfilsafat, yaitu:
a. Menyeluruh; artinya pemikiran yang luas
karena tidak membatasi diri dan tidak hanya ditinjau dari satu sudut pandang
tertentu. Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui hubungan antara ilmu yang
satu dengan ilmu-ilmu lainnya, hubungan ilmu dengan moral, seni, dan tujuan
hidup.
b. Mendasar; artinya pemikiran yang dalam sampai
kepada hasil yang fundamental atau esensial objek yang dipelajarinya sehingga
dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap nilai dan keilmuan. Filsafat tidak
hanya berhenti pada kulit-kulitnya (periferis)
saja, tetapi sampai menembus ke kedalamannya (hakikat).
c. Spekulatif; artinya hasil pemikiran yang
diperoleh dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya. Hasil pemikiran
berfilsafat selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menelusuri bidang-bidang pengetahuan yang baru. Namun
demikian tidaklah berarti hasil pemikiran kefilsafatan tersebut meragukan
kebenarannya, karena tidak pernah ketuntasan.
Ciri-ciri berpikir secara kefilsafatan menurut
Ali Mudhofir adalah sebagai berikut:
a. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara
radikal. Radikal berasal dari bahasa Yunani, Radix artinya akar. Berpikir secara radikal adalah berpikir sampai
ke akar-akarnya, berpikir sampai kepada hakikat, esensi atau sampai ke
substansi yang dipikirkan. Manusia yang berfilsafat dengan akalnya berusaha
untuk menangkap pengetahuan hakiki, yaitu pengetahuan yang mendasari segala
pengetahuan indrawi.
b. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara
universal (umum). Berpikir secara universal adalah berpikir tentang hal-hal
serta proses-proses yang bersifat umum, dalam arti tidak memikirkan hal-hal
yang parsial. Filsafat bersangkutan dengan pengalaman umum dari umat manusia.
Dengan jalan penelusuran yang radikal itu filsafat berusaha sampai pada
berbagai kesimpulan yang universal (umum)
c. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara
konseptual. Konsep di sini adalah hasil generalisasi dari pengalaman tentang
ha-hal serta proses-proses individual. Dengan ciri yang konseptual ini,
berpikir secara kefilsafatan melampaui batas pengalaman hidup sehari-hari.
d. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara
koheren dan konsisten. Koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir
(logis). Konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi.
e. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara
sistematik. Sistematik berasala dari kata sistem. Sisten di sini adalah
kebulatan dari sejumlah unsur yang saling berhubungan menurut tata pengaturan
untuk mencapai sesuatu maksud atau menunaikan sesuatu peranan t5ertentu. Dalam
mengemukakan jawaban terhadap sesuatu
masalah. Pendapat-pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan harus saling berhubungan
secara teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu.
f. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara
konperehensif. Konperehensif adalah mencakup secara menyeluruh. Berpikir secara
kefilsafatan. Berpikir secara kefilsafatan berusaaha untuk menjelaskan alam
semesta secara keseluruhan.
g. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara
bebas. Sampai batas-batas yang luas makasetiap filsafat boleh dikatakan
merupakan suatu hasil dari pemikiran yang bebas. Bebas dari segala prasangka
sosial, historis, kultural ataupun religius.
h. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan dengan
pemikiran yang bertanggungjawab. Seseorang yang berfilsafat adalah orang yang
berpikir sambil bertanggungjawab. Pertanggungjawaban yang pertama adalah
terhadap hati nuraninya sendiri. Di sini tampaklah hubungan antara kebebasan
berpikir dalam filsafat dengan etika yang melandasinya. Fase berikutnya adalah
cara bagaimana ia merumuskan berbagai pemikirannya agar dapat dikomunikasikan
pada orang lain.
CABANG-CABANG FILSAFAT
Secara umum filsafat
dibagi dalam 2 kelompok yaitu: fisafat sistematis dan sejarah filsafat.
Filsafat sistematis bertujuan memberikan dan membentuk landasan pemikiran
filsafat. Filsafat sistematis membicarakan tentang: logika, metodologi,
epistemologi, filsafat ilmu, etika, estetika, metafisika, filsafat ketuhanan
(teologi), filsafat manusia dan kelompok filsafat khusus seperti filsafat
sejarah, filsafat hukum, filsafat komunikasi, dan lain-lain. Sejarah filsafat
adalah bagian yang berusaha meninjau pemikiran filsafat di sepanjang masa yang
meliputi sejarah filsafat Yunani (Barat), India, Cina dan sejarah filsafat
Islam.
Cabang-cabang
filsafat menurut para ahli filsafat, terdiri dari:
Logika; adalah
cabang filsafat yang menyelidiki tentang lurus-tidaknya pemikiran kita
(manusia). Bidang kajian logika adalah azas-azas yang menentukan pemikiran yang
lurus, tepat dan sehat. Mempelajari logika diharapkan dapat menerapkan asas
bernalar sehingga dapat menarik kesimpulan dengan tepat. Persoalan-persoalan
logika antara lain apa yang dimaksud dengan pengertian? Apa yang dimaksud
dengan penyimpulan?, apa aturan-aturan
untuk dapat menyimpulkan secara lurus, sebutkan pembagian silogisme?, sebutkan
pembagian sesat pikir!
Epistemologi; adalah bagian filsafat yang membicarakan
tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan,
batas-batas, sifat, metode dan kesahihan pengetahuan. Adapun filsafat ilmu
mempelajari tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara bagaimana
mendapatkannya. Dengan belajar epistemologi dan filsafat ilmu manusia dapat
membedakan antara pengetahuan dan ilmu serta mengetahui dan menggunakan metode
yang tepat dalam memperoleh suatu ilmu serta mengetahui kebenaran suatu ilmu
tersebut ditinjau dari isinya. Bidang kajian epistemologi antara lain adalah
bagaimana manusia mengetahui sesuatu?, dari mana pengetahuan itu dapat
diperoleh?, bagaimana validitas pengetahuan itu dapat dinilai? Apa perbedaan
antara pengetahuan a priori dengan pengetahuan a posteriori?
Etika; adalah cabang filsafat yang
mengkaji tentang tingkah laku atau perbuatan manusia mengenai baik-buruk. Dengan belajar etika, manusia
dapat membedakan istilah yang sering muncul seperti etika, norma, dan mral,
dapat pula mengetahui dan memahami tingkah laku apa yang baik menurut
teori-teori tertentu, dan sikap yang baik sesuatu dengan kaidah-kaidah etika.
Perbuatan yang dilakukan secara sadar dan bebas. Objek formal etika adalah
kebaikan dan keburukan atau bermoral atau tidak bermoral dari tingkah laku
tersebut. Persoalan-persoalan dalam etika antara lain apa yang dimaksud dengan
“baik” atau “buruk” secara moral?, apa syarat-syarat sesuatu perbuatan
dikatakan baik secara moral?, bagaimana hubungan antara kebebasan kehendak
dengan perbuatan susila?, apa yang dimaksud dengan kesadaran moral?, bagaimana
peranan hati nurani dalam setiap perbuatan manusia?
Estetika; adalah filsafat yang mengkaji tentang
keindahan. Objek dari estetika adalah pengalaman akan keindahan. Dengan
mempelajari estetika manusia dapat membedakan antara estetika filsafati dengan
estetika ilmish, berbagai teori keindahan, pengertian seni, penggolongan seni,
nilai seni, aliran dalam seni, dan teori penciptaan dalam seni. Peresoalan
estetis di antaranya adalah apakah keindahan itu? Keindahan bersifat objektif
ataukah subjektif? Apa yang merupakan ukuran keindahan? Apa peranan keindahan
dalam hidup manusia? Bagaimana hubungan keindahan dengan kebenaran?
Metafisika; adalah cabang filsafat yang mengkaji tentang
yang ada.Metafisika membicarakan sesuatu di balik yang nampak. Dengan
mempelajari metafisika manusia justru akan mengenal Tuhannya dan mengetahui
berbagai macam aliran yang ada dalam metafisika. Persoalan-persoalan metafisis
dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) persoalan ontologi, (2) persoalan kosmologi,
dan (3) persoalan antropologi. Persoalan ontologis di antaranya adalah apa yang
dimaksud dengan ada, kebenaran, atau eksistensi itu? Bagaimanakah penggolongan
dari ada, keberadaan atau eksistensi? Apa sifat dasar kenyataan atau
keberadaan? Persoalan kosmologis berkaitan dengan asal mula, perkembangan dan
struktur atau susunan alam, misalnya jenis keteraturan apa yang ada dalam alam?
Persoalan antropologi (manusia) seperti bagaimana terjadi hubungan badan dan
jiwa? Apa yang dimaksud dengan kesadaran? Manusia sebagai makhluk bebas atau
tidak bebas?
FILSAFAT PENGETAHUAN (EPISTEMOLOGI)
Pengertian epistemologi
Epistemologi dari kata Yunani episteme dan logos. Episteme biasa diartikan sebagai pengetahuan atau kebenaran
dan logos diartikan sebagai pikiran,
kata, atau teori. Epistemologi, secara etimologi dapat diartikan sebagai teori
pengetahuan yang benar dan lazimnya hanya disebut teori pengetahuan yang dalam
bahasa Inggris disebut sebagai theory of
knowledge.
Istilah-istilah lain yang sama maksudnya deengan epistemologi dalam
berbagai literatur filsafat kadang-kadang disebut juga logika material, criteriology, kritika pengetahuan, gnosiology dan dalam bahasa Indonesia lazim dipergunakan
istilah Filsafat Pengetahuan.
Adapun maksud dari adanya pengertian epistemologi adalah untuk
membedakan antara dua cabang filsafat, yaitu epistemologi dan ontologi
(metafisika umum). Kalau dalam metafisika pertanyaan pokoknya adalah apakah hal
yang ada itu? sedangkan dalam epistemologi pertanyaan dasarnya adalah apakah yang
dapat diketahui?
Logika Material
Jika logika formal berkaitan dengan
bentuk-bentuk pemikiran, sedangkan logika material berkaitan dengan isi
pemikiran. Dengan kata lain apabila logika formal yang bisa disebut logika,
begitu saja berusaha untuk mengkaji dan menetapkan bentuk pemikiran yang masuk
akal, maka logika material berusaha untuk menetapkan kebenaran dari suatu
pemikiran ditinjau dari segi isinya. Dapat dikatakan bahwa logika formal
berkaitan dengan masalah kebenaran formal yang sering kali disebut keabsahan
(jalan) pemikiran. Adapun logika material berkaitan dengan kebenaran materiil,
yang juga biasa disebut kebenaran autentik atau otentisitas isi pemikiran.
Kriteriologia
Istilah kriteriologia
berasal dari kata kriterium yang berarti ukuran. Dalam hal ini yang dimaksud
adalah ukuran untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan
tertentu. Dengan demikian kriteriologia merupakan suatu cabang filsafat yang
berusaha untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan berdasarkan
ukuran tentang kebenaran.
Kritika Pengetahuan
Istilah kritika pengetahuan ada kaitannya
dengan istilah kriteriologia. Kritika adalah sejenis usaha manusia untuk
menetapkan apakah sesuatu pikiran atau pengetahuan manusia sudah benar atau
tidak benar dengan jalan meninjaunya secara mendalam. Dapat disimpulkan bahwa
kritika pengetahuan mengarah pada suatu ilmu pengetahuan yang berdasarkan
tinjauan secara mendalam berusaha menentukan benar tidaknya sesuatu pikiran
atau pengetahuan manusia.
Gnoseologia
Istilag gnoseologia berasal dari kata gnosis artinya pengetahuan yang bersifat
keahlian dan logos artinya ilmu
pengetahuan. Dengan demikian gnoseologia berarti
ilmu pengetahuan atau cabang filsafat yang berusaha untuk memperoleh
pengetahuan mengenai hakikat pengetahuan khususnya mengenai pengetahuan yang
bersipat keilahian
Filsafat Pengetahuan
Filsafat pengetahuan adalah salah saatu
cabang filsafat yang mengkaji masalah hakikat pengetahuan, yaitu ilmu
pengetahuan kefilsafatan secara khusus hendak memperoleh pengetahuan tentang
hakikat pengetahuan.
ARTI PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah
suatu istilah yang dipergunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal
tentang sesuatu. Suatu hal yang menjadi pengetahuannya adalah selalu terdiri
atas unsur yang mengetahui dan diketahui serta kesadaran mengenai hal yang
ingin diketahuinya itu. Oleh karena itu, pengetahuan selalu menuntut adanya
subjek yang memiliki kesadaran untuk mengetahui tentang sesuatu dan objek yang
merupakan sesuatu yang dihadapinya sebagai hal yang ingin diketahuinya. Jadi
pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu atau segala perbuatan
manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya, atau hasil usaha manusia
untuk memahami suatu objek tertentu.
Ada delapan hal penting
yang berfungsi membentuk struktur pikiran manusia, yaitu sebagai berikut:
a. Mengamati
(observes) pemikiran berperan
dalam mengamati objek-objek. Dalam pengamatan objek, pikiran harus mengandung
kesadaran. Pikiran merupakan bentuk kesadaran. Kesadaran adalah suatu fungsi
pikiran. Pada kesdaran jiwa terdapat dua unsur penting yaitu kesadaran untuk
mengetahui sesuatu dan penampakan suatu objek, ini merupakan unsur yang hakiki
dalam pengetahuan intuisi yang selalu hadir dalam kesadaran. Pengamatan timbul dari ketertarikan pada objek.
b.
Menyelidiki (inquires) keterkatikan pada objek dikondisikan oleh
jkenis-jenis objek yang tampil. Tenggang waktu atau durasi minat seseorang pada
objek itu sangat tergantung pada daya tariknya. Kehadiran dan durasi suatu
minat biasanya bersaing dengan minat lainnya sehingga paling tidak seseorang
memiliki banyak minat pada perhatian yang terarah. Minat-minat ini ada dalam
banyak cara. Ada yang dikaitkan dengan kepentingan jasmaniah, permintaan
lingkungan, tuntutan masyarakat, tujuan-tujuan pribadi, konsepsi diri, rasa
tanggungjawab, rasa kebebasan bertindak, dan lain-lain. Minat terhadap objek
cenderung melibatkan komitmen, kadangkala komitmen ini hanya merupakan
kelanjutan atau menyertai pengamatan terhadap objek. Minatlah yang membimbing
seseorang secara alamiah untuk terlibat ke dalam pemahaman pada objek-objek.
c. Percaya
(believes) suatu objek
yang muncul dalam kesadaran, objek-objek itu diterima sebagai objek yang
mewujud. Katan percaya biasanya dilawankan dengan keraguan. Sikap menerima
sesuatu yang mewujud sebagai pengertian yang memadai setelah keraguan,
dinamakan kepercayaan.
0 comments:
Post a Comment